TEMPO.CO, Jerusalem - Jamal al-Durrah tak lelah menyambangi makam anaknya, Muhammad, di Gaza. Ia selalu gelisah, roh anaknya belum tenang di alam baka.
Namanya mendunia saat ia tertangkap kamera tengah memasang badan melindungi anaknya yang saat itu berusia 12 tahun dari tembakan membabi buta Israel. Sang anak tewas tertembak, ia terluka. Foto itu menjadi simbol pemberontakan Palestina kedua, atau Intifada.
Cerita Mohammad al-Durrah juga menjadi sebuah simbol penting dalam perjuangan Palestina. Gambar saat-saat terakhirnya ditampilkan pada perangko di Mesir, Tunisia, Irak, Iran, dan Maroko.
Tiga belas tahun kemudian, kontroversi di balik foto-foto itu terus hidup. Israel mengatakan bahwa narasi palsu kematian al-Durrah telah digunakan untuk membenarkan serangan teroris terhadap Israel dan menggelorakan gerakan anti-Semitisme di seluruh dunia.
Sebuah komite pemerintah Israel menyimpulkan laporan yang disiarkan oleh media France 2 pada tahun 2000, tidak dapat dibuktikan hanya oleh gambar.
Dalam salah satu artikelnya, media ini menulis, "Di sini Jamal dan putranya Muhammad adalah target serangan berasal dari posisi Israel .... Dalam sebuah tembakan Mohammad tewas dan ayahnya terluka parah."
Ivestigasi terbaru...